“iya sebentar”
Klik.. !!! (membuka pintu) “silahkan masuk”
“eh tidak mbak, ini Cuma mau nganter undangan pernikahan temen SMAnya mbak aja” jawab pengantar undangan itu.
“owh, iya terimakasih ya..?”
“sama-sama mbak, pamit ya..?”
“iya”.
‘undangan pernikahan dikasih ke
aku, emang siapa yang menikah ya’ pikirku, aku buka undangan itu dan
betapa terkejutnya setelah melihat nama yang tertera di undangan itu
‘DANAR KELVINDA dan DIAN PUSPITA’. Ternyata mereka jadi menikah juga,
dan usaha dian untuk memisahkan danar dari gangguan cewek-cewek lain
membuahkan hasil, selamat ya buat kalian berdua. Pandanganku menerawang
jauh saat kita masih SMA dulu.
Kebiasaanku saat masih SMA saat itu
adalah membaca buku cerita atau novel sendirian di taman sekolah, hampir
aku lakukan setiap hari. Hingga datang seorang cowok asing duduk
disebelahku yang sedang membaca buku pula, aku hanya melirik dan dia
akhirnya yang angkat bicara.
“ehm… maaf, aku boleh duduk sini kan..?”
“boleh aja, gak ada yang
ngelarang, toh ini juga milik sekolah, siapa aja boleh pakek
dong”ketusku dengan nada tak suka yang memang aku merasa terganggu
dengan kedatangannya.
“kenalin, aku danar” sembari mengajak berjabat tangan.
“nia,
kamu kelas berapa kok aku belum pernah liat kamu sebelumnya..?” tanyaku
mulai mengembangkan senyum, dan ketika aku melihat wajah danar, cukup
tampan dan tak jenuh untuk dipandang, manis sekali.
“3 Ipa 2, mungkin kamu yang
nggak pernah mau bergaul dengan kelas lain, sampai-sampai tidak mengenal
aku yang hampir 3 tahun sekolah disini”
“ya
maaf, aku kurang suka aja, abisnya mereka gak sebanding sama aku, aku
kan gak suka jalan-jalan, sedangkan mereka semua anak orang kaya yang
suka jalan-jalan, ngabisin uang orang tuanya”
“nggak
juga, ada yang nggak kok. Oh iya, aku perhatiin kamu sering banget
kesini duduk sendiri, emang nggak pengen ditemenin ya..??”
“hobi sendiri, udah dulu ya, mau
kekelas” sergahku cepat karena aku melihat sepasang mata yang sedang
memperhatikanku dengan danar. Aku segera lari kekelas karena takut
dicegah atau dicegat oleh danar ataupun oleh cewek itu.
Sejak
kejadian itu, aku tak pernah berhenti memikirkan danar, terlebih
sekarang sudah mulai dekat. Dimulai sms’n dan telfonan. ‘apa artinya
ini, jangan sampek aku suka sama cowok yang udah punya cewek’, pikirku.
“hayyo.. ngelamun aja, mikirin danar ya..??” ledek sahabat dekatku.
“iya des, kenapa ya..??”
“ye… itu mah tanda-tanda jatuh cinta”
“sok tahu ah”
“iya, siapa juga yang sok tahu, aku juga pernah ngerasain kok, tapi aku saranin ati-ati aja sama dian”
“dian..? cewek yang selalu merhatiin aku itu maksud kamu..?”
“ya
iyalah, kamu ini belum tahu ya ternyata, sekarang aku tanya, cowok
paling keren, baik hati, tampan, trus gak sombong, sampek2 di jadiin
favorit itu siapa coba..?”
“gak tahu lah.. emang siapa?”
“ya
danar, tapi kasian dia, udah dijodohin sama orangtunya buat nikah sama
dian, makanya dian sok berkuasa, padahal sifat dian sama danar itu
beranding terbalik, dan kabar lagi klok dian itu cewek nggak bener”
“hush… nggak boleh ngatain orang sembarangan lah, nggak baik nyebar fitnah yang nggak2 desi”
“ya udah klok nggak percaya, aku mau makan dulu laper ini”
Aku
hanya membalas dengan senyuman saja, senyuman yang sama seperti
biasanya, senyuman yang biasa aku lemparkan untuk semua
sahabat-sahabatku, termasuk danar. Walaupun aku diam-diam mulai
menyayangi danar tapi aku coba untuk memendamnya dan biarkan ditelan
oleh waktu, sekalipun gossip antara aku dan danar sudah mulai
membengkak, aku akan terima semua, termasuk dian yang sebentar lagi akan
mendatangiku (labrak). Oke… aku akan terima semua dan aku jelaskan
semua.
Sekolah berakhir untuk hari ini,
harus pulang cepet dan beres-beres rumah karena kakakku akan pulang
dari bandung. Tapi naas banget, dian dan kawan-kawan udah stand by di
gerbang dan aku tahu apa yang akan dia lakukan.
“heh.. cewek blagu, yang suka centil sama cowok orang lain..?” ketus dian.
“kamu panggil aku?” aku masih menunjukkan muka tenang seolah tak akan terjadi apa-apa.
“ya
iyalah, masih nggak ngerasa aja lo” dian sudah siap ingin menampar aku
tapi sebelum itu terjadi danar datang dan menghadang dian.
“dian, lo gak usah blagu,
jangan mentang2 ortu gw njodohin kita, jangan se enaknya ngatur hidup
gw, kita blom sah jadi suami istri, jadi jangan coba-coba ikut campur
urusan gw, semua apa yg gw lakuin bukan urusan lo. Ngerti….!!!!”
“tapi kan sayang….” Belum selesai dian berbicara sudah ditinggal danar dan nia.
“kamu nggak apa-apa nia?”
“nggak kok makasih ya..?” niatku ingin menjauh dari danar tapi kalah cepat dengan genggaman tangannya.
“nggak usah kayak gitu nia, aku nggak suka kamu menjauhi aku,, apa kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain..?”
“maksud kamu..?”
“aku
sayang sama kamu, aku pengen hidup selamanya sama kamu, bukan sama
dian, aku udah tahu semuanya tentang dian, aku nggak mau itu terjadi”
“maaf
danar, aku nggak bisa. Kamu udah dijodohin sama orang tuamu, jadi
hargai mereka, walaupun aku juga sayang sama kamu, aku akan menjauh dari
kamu dan memendam rasa ini” selesai berkata aku berlari dan langsung
naek kendaraan umum.
Aku sengaja
menjauh dari danar, dan tak pernah kasih kabar untuknya. Sampai kuliah
pun aku tak pernah kasih tahu dimana tempatnya.
***
Sekarang, memang ada rasa nyesel tapi turut berbahagia juga.
“hayo, ngelamunin apa?”
“eh kak adit ngagetin aja, nggak ngelamunin apa-apa kok. Kakak mau nikah kapan..?”
“nunggu kamu abis sarjana aja lah, kenapa emangnya dik..?”
“nggak apa2, Cuma Tanya”
“kakak tahu semuanya”
“hem.. bagus deh” aku hanya melempar senyum dan kekamar beres-beres kemudian berangkat ke kampus.
Memang tak terasa wisudaku sudah
di ambang pintu, tapi rasanya aku masih ingin meneruskan kuliahku,,
ah.. nggak mungkin, mau bayar pakek apa,, sedangkan duit aja nggak
punya. Saat duduk sendiri, aku melihat dian kekampusku, ‘mau ngapain
dia’ pikirku. Ternyata dian selama ini satu kampus denganku, kenapa aku
tak pernah menyadari itu ya..?
Aku sudah wisuda, dan sebentar
lagi bekerja, tapi kakakku tak kunjung menikah malah mau menunggu aku
yang menikah duluan, aneh banget lah. Dan tak terasa pula hari
pernikahan danar dengan dian telah tiba , aku terpaksa menghadirinya
karena bujukan kak adit, kakakku sendiri. Akad nikah pun akan
dilaksanakan, tapi sial mungkin saat menyebut nama mempelai wanita bukan
menyebut nama dian, tetapi menyebut namaku. Aku bingung, kenapa jadi
begini dan tak bisa berkutik sama sekali, hal itu pun terulang 3 kali
sampai akhirnya orang tua danar bertanya kepada danar.
“danar, jangan bikin malu papa”
“siapa yang bikin malu papa, danar nggak bisa nyebutin nama dia, danar Cuma pengen sama nia pa”
“siapa nia..?”
“nia
itu, dia” danar menunjuk aku dan semua mata tertuju padaku, aku tak
tahan dibeginikan, akhirnya aku mengambil keputusan untuk meninggalkan
tempat ini. Tapi kalah cepat lagi dengan danar..
“pliss nia, jangan menjauh dari
aku, aku sayang banget sama kamu, aku Cuma pengen nikah sama kamu.”
Tanpa memberiku kesempatan berbicara, aku diajak untuk duduk
bersebelahan dengan danar. Aku hanya diam saja sekalipun dinikahkan
dengan danar, yang bisa aku lakukan hanya menangis bahagia.
“danar, makasih ya, kamu masih menyimpan rasa cinta dan sayangmu untukku”
Danar tersenyum “rasa cinta dan sayangku tak akan pernah terganti oleh siapa pun nia”
Air mata dan senyuman bahagia selalu berkembang dan merekar indah…
TAMAT J J J ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar